Senin, 22 Juni 2009

Ambang Kehancuran Peradaban Indonesia


Jika kita buka dan baca berbagai artikel di surat kabar yang memberi tanggapan atas keberhasilan ujian nasional baik tingkat SMP maupun SMA banyak sekali dikatakan disana bahwa angka kelulusan mencapai 99%. Fantastis menurut mereka, tetapi ironis menurut saya.
Fantastis menurut ukuran mereka ( para penulis di surat kabar ) karena meskipun nilai minimal kelulusan dinaikkan toh para siswa tetap lulus bahkan mengalami peningkatan dari tahun kemarin. Menurut mereka ini menunjukkan kemajuan pendidikan di Indonesia. Berkat kerja keras dan semangat belajar para siswa, mereka bisa lulus.

Tanpa mengurangi semangat siswa yang telah belajar keras dan para pendidik yang berusaha sekuat tenaga memberikan berbagai bimbingan dan tambahan pelajaran demi kelulusan anak didiknya, saya memandang masih ada hal yang sangat ironis dan sangat bertolak belakang antara keberhasilan dengan kenyataan yang terjadi.
Pendidikan diIndonesia mengandung suatu hakikat membangun menusia Indonesia seutuhnya. Seutuhnya dalam hal ini adalah manusia dididik secara utuh baik jasmani dan rohani, intelektua dan mental spiritualnya.

Yang saya tekankan ironis di depan yaitu bahwa pendidikan di Indonesia saat ini masih mengedepankan aspek intelektual saja, mengabaikan aspek spiritual di dalamnya. Secara khusus yang termasuk dalam aspek spiritual adalah kejujuran.
Bukankah pelajaran Agama sudah masuk menjadi pelajaran wajib di sekolah-sekolah ?
Benar ada pelajaran Agama, tetapi implementasi dari mental yang jujur yang digali dari nilai-nilai agama tidak dijalankan dengan sepenuh hati.
Mengejar aspek intelektual dengan mengabaikan aspek spiritual, bisakah terjadi atau terwujud ? Tidak mungkin !!

Kemudian ada hubungan apa antara kejujuran dengan keberhasilan kelulusan yang mencapai 99% ? Tentu yang bisa menjawab adalah para guru dan kepala sekolah.
Bapak/Ibu guru dan Kepala Sekolah, kutitipkan generasi bangsaku dipundakmu, jangan kau didik dengan ketidak jujuran. Biarkanlah kejujuran yang kami tanamkan di rumah tetap berkelanjutan dibangku pendidikan.

Acungan jempol saya berikan kepada para Kepala Sekolah dan guru yang tetap setia memelihara semangat kerja keras dan kejujuran demi kemandirian siswa dan kemandirian bangsa, meskipun tidak lulus seratus persen tetapi kejujuran yang tetap dipelihara niscaya akan menjadi modal yang sangat kuat bagi generasi yang didiknya.