Rabu, 19 November 2008

DUNIA TAK SEINDAH SURGA

Judul di atas saya dapat dari syair lagu "Laskar Pelangi" yang menjadi tema lagu dalam film berjudul "LASKAR PELANGI". Saya bersama dengan istri dan dua orang anak saya yang masih berumur 8 th dan 3 th, menyempatkan diri untuk menonton film tersebut. Dari berbagai pemberitaan media, saya menjadi tertarik untuk menonton film tersebut. Memang film tersebut ditonton oleh banyak orang karena kami sekeluarga pun kebagian tempat duduk baris paling depan padahal tiket saya beli 2 jam sebelum film diputar dan ternyata seluruh kursi pun penuh diisi penonton. Tiket menonton untuk jam dan hari berikutnya pun sudah banyak dipesan orang.
Menonton film tersebut memang dapat menumbuhkan ilham maupun pemahaman tentang suatu masalah sosial dari berbagai sudut pandang. Tanpa bermaksud mempromosikan, memang film tersebut bagus untuk menjadi tontonan keluarga, terutama untuk menumbuh kembangkan kepekaan sosial bagi anak-anak kita termasuk juga sebagai orang tua di dunia yang penuh ketidak adilan ini.

Ketidakadilan yang terjadi di masyarakat kita disebabkan oleh banyak hal yang sangat kompleks, bisa karena sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem kemasyarakatan maupun warisan penjajah.

Sistem ekonomi kapitalis yang hanya mementingkan golongan kapital atau pemilik modal juga terbukti menyengsarakan rakyat, contohnya korban lumpur Lapindo, pemilik modal bisa makan enak, sementara rakyat yang kena lumpur tidak bisa tidur nyenyak.

Orang berduit dapat memberikan pendidikan sampai ke luar negeri sementara rakyat untuk sekolah yang sedikit berkualitas saja harus kembang kempis. Pendidikan gratis ? Pikir dulu masak-masak !! Pendidikan tidak seperti subsidi premium yang berprinsip sama rata - sama rasa. Kelompok masyarakat mampu mestinya digerakkan untuk menjadi orangtua asuh bagi sesama. bisa sendiri maupun melalui sebuah lembaga khusus. Dengan demikian lembaga pendidikan tetap bisa eksis dengan dukungan biaya masyarakat mampu. Sedangkan kelompok masyarakat miskin tetap bisa memperoleh pendidikan berkualitas tanpa harus mengorbankan lembaga pendidikan.

Masyarakat yang hanya menghargai dan menghormati orang yang lebih kaya juga menjadi penyebab terjadinya ketidak adilan sosial. Misalnya di kampung bila ada warganya yang sakit dan kebetulan merupakan orang kaya maka banyak warga silih berganti menengok, tetapi jika yang sakit orang miskin, hanya satu-dua orang saja yang memperhatikan dan mempedulikan.

Warisan penjajah dengan politik "devide et impera" masih dipakai oleh penguasa jaman yang katanya sudah merdeka ini. Kampung satu diadu dengan kampung sebelah, kelompok satu dibenturkan dengan kelompok lain. Contoh pemberlakuan Politik devide et impera masa kini adalah dipakainya kalimat-kalimat penghasutan dalam kampanye partai politik sehingga masa bisa menjadi "berani" kepada masa partai lain.

Ketidakadilan terjadi mengakar dalam hidup masyarakat dan bangsa Indonesia.

bagaimana dengan bunyi Sila ke -3 : "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia" ? Dikemanakan Sila tersebut ? Hanya menjadi slogan dan disimpan di dalam musium sebagai sebuah karya sastra adi luhung pendiri bangsa ini.

KASIH ! adalah kata yang tepat untuk mengikis habis ketidakadilan.

Hidup tanpa KASIH yang terjadi adalah KETIDAK ADILAN !

Kasih dapat melandasi hidup manusia menjadi lebih berarti bagi sesama, ibarat iklan rokok " KASIH, Bikin Hidup Lebih Hidup ". Mustahil manusia bisa mewujudkan keadilan sosial tanpa memiliki KASIH dalam hidupnya.

Marilah KASIH itu kita bagikan kepada sesama untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.



Dunia memang tak seindah Surga !?

Tidak ada komentar: