Mencermati iklan kampanye politik akhir-akhir ini, saya jadi ngeri mendengarnya bahkan membayangkanya. Belum berkuasa dinegeri ini tetapi iklannya sudah berisi hasutan yang menurut saya sangat membahayakan. Khususnya yang saya soroti adalah iklan kampanye politik dari Indonesian Democrazy Wacth.Saya bukan pendukung salah satu Capres ataupun tim sukses mereka. Sangat disayangkan apabila kaum intelektual negeri ini terjebak pada permainan kotor bak preman jalanan.
Berbicara mengenai bencana alam, saya setuju dan sependapat bahwa terjadinya bencana alam tidak serta-merta murni kejadian alam, tetapi juga ada sumbangsih dari ulah manusia dan tentunya atas ijin Tuhan. Tetapi yang saya sangat tidak setuju adalah dengan menyalahkan seseorang atau sekelompok orang sebagai satu-satunya sumber penyebab terjadinya bencana alam. Pihak yang bertanggung jawab tentu ada tentunya terkait dengan struktur kelembagaan.
Ingat kita hidup di negara yang sejatinya menjunjung tinggi moral, dimanakah moral kita. Bukan hanya mencari tanggung jawab structural saja tetapi tanggung jawab moral kita sebagai manusia juga harus dikedepankan. Jangan sampai membersihkan lantai kotor dengan sapu yang lebih kotor.
Yang mau saya tekankan adalah marilah kita secara santun dan bijak menyampaikan pendapat dan opini demi membangun masyarakat yang lebih beradab. Lebih bermanfaat satu kata saja tetapi membangun dari pada beribu kata tetapi berisi hujatan. Yang salah katakan salah tetapi jika benar wajib dikatakan benar. Jangan sampai bangsa Indonesia yang beragam ini menjadi semakin terpecah belah karena sibuk saling menghujat. Rakyat butuh makan bukan hujatan. Berjanji bolah dan bagus, tetapi menghujat jangan.
Saya mengingatkan bahwa setiap sendi kehidupan Tuhan selalu ada, pun soal bencana alam. Dosa-dosa yang kita lakukan pun sebenarnya ada dibalik bencana alam yang terjadi. Oleh karena itu siapapun yang dipilih Tuhan untuk memimpin negeri ini, mari ingat Tuhan dengan demikian akan ingat rakyat. Memberikan hukuman pada pihak yang bertanggung jawab boleh, tetapi menghukum pihak yang dianggap paling bertanggung jawab saja tidak akan menyelesaikan bencana yang sudah terjadi atau yang mungkin bisa terjadi lagi.Misal bencana Situ Gintung, banyak orang bermukim di wilayah larangan, dan bukan orang miskin dan bukan pula orang-orang bodoh yang bermukim disitu, mengapa mereka bisa begitu ? Aparatnya bobrok, memperbolehkan, bisa disuap, ada yang disuap tentu ada yang menyuap, dan notabene yang menyuap adalah orang berduit dan intelek, aparatnya lulusan dari pendidikan yang bobrok, tiap hari televisi mempertontonkan kebobrokan, tidak ada pendidikan moral yang baik sehingga orang menjadi mengerti mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Rakyat dihadapkan pada pilihan sulit, beli rumah mahal, pengembang maunya untung patgulipat, tidak mau bikin rumah untuk rakyat miskin. Artinya kesalahan-demi kesalahan terjadi secara berantai dan berjamaah, makanya jangan hanya menuduh satu pihak saja. Kita boleh menghukum dan mengadili pihak yang bertanggung jawab atas sebuah bencana, tetapi sadarlah bahwa bencana itu terjadi juga karena Tuhan sedang menghukum kita manusia karena kejahatan umat manusia.
Mari kita dudukkan semua permasalahan sesuai dengan porsinya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar